Selasa, 24 Juli 2018

Perusahaan Alat Berat Memanfaatkan Tren Kenaikan Harga Komoditas


Industri alat berat berlomba-lomba mengeluarkan produk baru. Hal tersebut sebagai upaya merespons kebutuhan alat berat yang terus meningkat karena masih tingginya harga beberapa komoditas pertambangan.

Ferdinand D, Investor Relation Strategist PT Intraco Penta Tbk, mengatakan, dalam waktu dekat ini akan ada dua model alat berat baru yang segera mereka luncurkan, yaitu jenis rigid dump truck dan articulated dump truck berkapasitas 60 ton. "Kedua alat untuk kebutuhan galian tambang," kata Ferdinand kepada Kontan.co.id, Rabu (20/6)

Saat ini Intraco Penta memiliki dua anak usaha di bidang keagenan alat berat. Merek Volvo, dan SDLG ditangani oleh PT Intraco Penta Prima Servis. Sementara, penjualan dan layanan alat berat merek Sinotruk, Mahindra, Bobcat, Doosan dan Sany Palfinger melalui PT Intraco Penta Wahana (IPW).

Penjualan alat berat emiten berkode saham INTA di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini mayoritas masih berasal dari perusahaan-perusahaan pertambangan. Perusahaan itu berada di wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

Secara pendapatan, penjualan alat berat INTA dari Januari sampai April 2018 mencapai Rp 661,5 miliar. Jumlah ini naik 97,9% ketimbang periode sama tahun lalu, yang sebesar Rp 334,2 miliar. "Persentase  tambang batubara, emas, nikel, bauksit menyumbang sekitar 67% dari total penjualan alat berat," terang Ferdinand.

Tidak hanya INTA, PT Kobexindo Tractors Tbk juga melakukan  penambahan produk baru . Untuk menambah portofolio produk, Kobexindo akan mendatangkan alat berat tersebut langsung dari Korea Selatan.

William Jonatan, Direktur Kobexindo Tractors, mengatakan ada dua jenis ekskavator yang siap mereka luncurkan yakni merek Doosan di kelas 30 ton dan 80 ton. "Digunakan untuk keperluan tambang dan juga konstruksi. Model ini jadi penunjang pendapatan perusahaan di tahun berikutnya," kata William.

Beberapa mitra Kobexindo adalah Doosan Excavator (Korea Selatan), Daewoo Truck (Korea Selatan), NHL Terex Truck (China), Jungheinrich Electric Reach Truck (Jerman), Hako Sweeper (Jerman) dan Minsk Farm Tractor (Belarusia).

Martio, Direktur Kobexindo Tractors, menambahkan, rata-rata pemesanan alat berat membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga bulan. Untuk penambahan merek, emiten berkode saham KOBX  tersebut mengaku belum memiliki  rencana. "Saat ini kita mementingkan ketersediaan spare part agar para konsumen bisa dipuaskan," kata Martio.

Fokus produk lama

Walaupun bisnis tambang masih menjanjikan, tidak semua perusahaan alat berat berminat  mengeluarkan produk baru. PT United Tractors Tbk (UNTR) misalnya, saat ini masih fokus pada produk-produk lama yang sudah eksis di pasaran.

Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan United Tractors, memaparkan, dalam waktu dekat ini pihaknya belum berencana melakukan penambahan tipe baru di segmen alat berat. "Di barang modal perubahan tipe berjarak cukup jauh. Tidak seperti otomotif," kata Sara.

sumber: kontan 

0 komentar:

Posting Komentar