Asuransi Mobil Otomate

Paket asuransi Mobil terlengkap dari ACA asuransi yang menyediakan mobil pengganti.

Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo)

Asuransi pengangkutan ACA menawarkan proteksi lengkap terhadap risiko-risiko yang mengancam barang Anda yang diangkut baik melalui darat, laut, maupun udara..

Kamis, 28 Juni 2018

Bisnis Asuransi Pengangkutan Diyakini Bisa Tumbuh Dua Digit


Lini bisnis asuransi pengangkutan menunjukan pertumbuhan di periode awal 2018. Tren positif ini diyakini bisa berlanjut di sisa tahun ini.

Hingga kuartal I-2018, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat premi yang diperoleh pebisnis asuransi kerugian dari lini usaha tersebut naik 13,5% secara year on year menjadi Rp 1,17 triliun.

Sementara, sampai penghujung tahun 2018 nanti, Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe memperkirakan prospek dari lini usaha ini masih terbilang cerah. "Kami optimistis pertumbuhan premi dari asuransi pengakutan bisa tetap berada di kisaran dua digit sepanjang tahun," katanya belum lama ini.

Salah satu faktor yang mendorong optimisme ini adalah proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang tetap bakal tumbuh positif. Kondisi ini akan meningkatkan ekspansi industri maupun daya beli masyarakat.

Dus hal ini bakal mendorong kegiatan pengiriman barang baik antar pulau maupun untuk kegiatan ekspor. Tentunya lini bisnis asuransi pengakutan bakal berpeluang untuk ikut terkerek.

Hal lain yang juga jadi pengharapan industri adalah dari Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 48 Tahun 2018 yang didalamnya ikut mengatur kewajiban penggunaan asuransi dalam negeri untuk kegiatan ekspor barang tertentu. Seperti untuk pengangkutan batubara dan crude palm oil.

Bila tak ada aral melintang, kewajiban ini bakal belaku pada Agustus nanti. Sehingga menjadi ladang bisnis yang bisa dimaksimalkan pemain asuransi domestik.

Optimisme terhadap prospek asuransi pengakutan juga dimiliki PT Asuransi Sinar Mas (ASM). 

Direktur ASM Dumasi MM Samosir menyebut selama beberapa tahun ke belakang, lini bisnis ini menunjukan tren yang cukup menggembirakan.

Di tahun lalu misalnya, lini bisnis ini melompat 52% menjadi Rp 459 miliar. Dengan sejumlah sentimen positif di atas, ia yakin bisnis asuransi pengangkutan perseroan bisa kembali tumbuh dua digit di tahun ini.

sumber: kontan 

Rabu, 27 Juni 2018

Selain Premi, Rasio Klaim Asuransi Pengangkutan Juga Membaik


Bisnis asuransi pengangkutan menunjukkan kinerja yang positif di awal tahun ini. Meski bisnis tumbuh, rupanya pelaku usaha tak lupa untuk meningkatkan selektivitas dalam memilih bisnis untuk menekan risiko.

Pasalnya, hingga triwulan pertama tahun ini, rasio klaim dari lini usaha ini menunjukan penurunan. Yakni dari 21,2% di tiga bulan pertama tahun 2017 menjadi 19,3% di kuartal I tahun ini.

Di kuartal I 2018, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe menyebut, jumlah klaim yang dibayar pelaku usaha pada lini usaha asuransi pengangkutan memang menunjukan peningkatan. Namun, kenaikannya berada jauh di bawah pertumbuhan premi yang didapat.

Per kuartal pertama tahun ini, premi yang diperoleh pebisnis asuransi kerugian dari lini usaha tersebut mengalami kenaikan setinggi 13,5% secara year on year menjadi Rp 1,17 triliun.

Di saat yang bersamaan, pertumbuhan nilai klaim yang dibayarkan hanya mencapai 2% saja, yakni Rp 219 miliar di tiga bulan pertama tahun lalu menjadi Rp 226 miliar di periode Januari sampai Maret 2018.

"Kenaikan jumlah klaim ini wajar karena sejalan dengan pertumbuhan portofolio bisnis yang didapat," kata dia belum lama ini.

Di sisi yang lain, dia menilai industri terus melakukan bersih-bersih underwriting untuk menekan loss ratio. Termasuk yang dilakukan di lini usaha asuransi pengakutan. Tujuannya agar menekan rasio klaim demi mendapat hasil underwriting yang lebih baik.

sumber: kontan 

Senin, 25 Juni 2018

Premi Suretyship Tumbuh di Kuartal II


Premi lini bisnis asuransi umum suretyship loyo sampai kuartal I tahun ini. Kendati begitu, produk tersebut diprediksi mulai bergairah di kuartal II hingga akhir tahun ini.

Data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sampai Maret 2018 menunjukkan, premi suretyship Rp 331,37 miliar, menurun 8,8% dibanding Maret 2017 sebesar Rp 363,26 miliar.

Direktur Eksekutif Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengakui, bisnis suretyship belum bergairah karena belum banyak proyek yang tersedia. Ini tentu berdampak ke bisnis suretyship.

Meski begitu, memasuki pertengahan tahun ini, AAUI yakin bisnis ini kembali terangkat dengan potensi bisnis cukup luas. "Biasanya anggaran turun di pertengahan tahun sampai akhir tahun sehingga mengerek bisnis ini," kata Dody, Rabu (20/6).

AAUI memprediksikan, pertumbuhan asuransi umum di 2018 konservatif yakni 10%. Dengan demikian semua lini bisnis asuransi termasuk produk suretyship diproyeksi tumbuh minimal 10%.

Pertumbuhan positif tersebut diyakini Asuransi Wahana Tata (Aswata). Hingga akhir 2018, Aswata membidik pertumbuhan 5% dari produk suretyship. Menurut Direktur Utama Aswata Christian Wanandi, saat ini produk tersebut berkontribusi 2%.

PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia pun menilai prospek suretyship masih positif. Menurut Komisaris PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Dobias Iskandar, keberadaan produk suretyship berdampak baik bagi perusahaan maupun secara industri. Meski memang sampai saat ini, kontribusi produk surety Cakrawala Proteksi masih sangat mini yakni di bawah 1% dari total premi.

Dengan begitu, perusahaan ini bisa menjual beragam produk asuransi kepada klien dengan memberikan layanan one stop shopping. "Seharusnya memang asuransi tetap dikasih kesempatan untuk memasarkan produk asuransi surety ini," kata Dobias kepada KONTAN.

Sebelumnya, asuransi sempat dikabarkan tidak lagi dapat menjual suretyship karena terhambat oleh Undang-Undang (UU) Nomor 1 tahun 2016 tentang penjaminan.

Menurut Dody, kabar tersebut muncul karena adanya kesalahan penafsiran UU itu. Menurut dia, asuransi umum masih bisa memasarkan produk suretybond, seperti perusahaan penjaminan. Ini diatur di UU Perasuransian.

sumber: kontan

Makin Selektif, Rasio Klaim Asuransi Properti Turun


Sejumlah tantangan menghadap lini bisnis asuransi properti tahun ini. Dalam situasi ini, pelaku industri disebut lebih memilih melakukan bersih-bersih underwriting.

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat, di sepanjang 2017 premi yang didapat pemain asuransi umum dari lini usaha asuransi properti mengalami penurunan sebesar 5% menjadi Rp 18,2 triliun. Di kuartal I-2018, tren ini terus berlanjut dengan mencatatkan penurunan sebesar 10,1% menjadi Rp 3,69 triliun.

Namun untungnya, menurut Direktur Ekseutif AAUI, tren penurunan premi ini dibarengi oleh membaiknya kondisi loss ratio dari lini usaha tersebut. "Dalam dua kuartal terakhir, rasio klaim asuransi properti berhasil ditekan," kata dia belum lama ini.

Per akhir 2016, loss ratio dari lini asuransi tersebut masih bertengger di angka 33,7%. Dengan seleksi bisnis yang dilakukan, rasio tersebut menyusut menjadi 32,7% per kuartal keempat tahun lalu.

Nah per tiga bulan pertama tahun ini, loss ratio asuransi properti kembali menciut. Bahkan cukup signifikan yakni menjadi 28% saja.

Penurunan ini didorong makin selektifnya pemain asuransi umum dalam menerima bisnis asuransi properti. Bahkan pemain asuransi umum memilih tak memperpanjang pertanggungan dengan sejumlah akun yang punya rasio klaim cukup besar.

sumber: kontan

Jumat, 22 Juni 2018

Asuransi Umum Sambut Senang Tetap Boleh Menjual Produk surety Bond


Pelaku asuransi umum masih dapat memasarkan produk asuransi suretyship atau penjaminan proyek setelah tahun 2019 nanti. Pelaku industri pun menyambut positif mengenai hal ini.

Komisaris PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia Dobias Iskandar mengatakan, hal ini berdampak baik bagi perusahaan maupun secara industri. Dengan begitu, perusahaan bisa menjual beragam produk asuransi kepada klien dengan memberikan layanan one stop shopping.

"Seharusnya memang asuransi tetap dikasih kesempatan untuk memasarkan produk asuransi surety ini," kata Dobias kepada Kontan.co.id, Rabu (20/6).

Adapun sampai saat ini porsi produk suretybond Cakrawala Proteksi masih sangat mini yakni di bawah 1% dari total premi.

Senada, Direktur Utama Asuransi Wahana Tata (Aswata) Christian Wanandi mengatakan, dengan masih ditetapkannya pelaku asuransi umum menjalankan bisnis suretyship berimbas positif baik untuk perusahaan maupun industri.

Ia pun yakin produk tersebut bisa bertumbuh di tahun ini sekitar 5% dibanding tahun lalu. Meskipun secara porsi dari jumlah premi masih terbilang kecil yakni sebesar 2%.

sumber: Kontan 


Rabu, 20 Juni 2018

Masih Lesu, Asuransi Umum Tetap Optimis Produk Suretyship Tumbuh 10% Tahun Ini


Salah satu lini bisnis asuransi umum yakni suretyship masih mengalami kelesuan sampai kuartal pertama tahun ini. Kendati begitu, produk tersebut diprediksi akan mulai bergairah di kuartal kedua sampai akhir tahun ini.

Merujuk data AAUI, sampai Maret 2018, premi suretyship mencapai Rp 331,37 miliar. Angka tersebut menurun 8,8% dibanding Maret 2017 sebesar Rp 363,26 miliar.

Direktur Eksekutif Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengakui, bisnis suretyship masih belum bergairah di periode pertama tahun ini sebab belum banyaknya proyek-proyek yang tersedia sehingga hal ini turut berdampak ke bisnis asuransi.

Meski begitu, memasuki pertengahan tahun ini, AAUI yakin bisnis ini kembali terangkat dengan potensi yang masih cukup luas. "Biasanya anggaran turun di pertengahan tahun sampai akhir tahun sehingga mengerek bisnis ini," kata Dody kepada Kontan.co.id, Rabu (20/6).

AAUI memprediksi pertumbuhan asuransi umum di tahun 2018 konservatif sebesar 10%. Dengan demikian, semua lini bisnis asuransi termasuk produk suretyship diproyeksi tumbuh minimal 10%.

Pertumbuhan positif tersebut juga diyakini oleh Asuransi Wahana Tata (Aswata). Hingga akhir tahun ini, Aswata membidik pertumbuhan 5% dari produk suretyship.

Kendati memang, menurut Direktur Utama Aswata Christian Wanandi, saat ini produk tersebut masih berkontribusi mini terhadap premi perusahaan sekitar 2%.

sumber: kontan 



Senin, 11 Juni 2018

Asuransi Kendaraan Tterdongkrak Pertumbuhan Ekonomi dan Komoditas


 Industri asuransi umum diramal bisa menorehkan kinerja yang lebih baik di tahun 2018. Lini bisnis asuransi kendaraan pun menjadi salah satu tumpuan.

Apalagi, lini bisnis asuransi kendaraan memang selalu menjadi salah satu andalan dari pelaku usaha asuransi umum. Bahkan, bisnis ini menyumbang kontribusi hampir setara dengan asuransi properti.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe menyatakan, lini bisnis asuransi kendaraan sempat menyusut pada medio 2017, meski kemudian membaik.

Dody menilai, bisnis asuransi kendaraan tahun ini melaju lebih baik. "Diantaranya karena potensi perbaikan daya beli masyarakat, termasuk di daerah," kata Dody belum lama ini.

Harapan perbaikan daya beli masyarakat muncul diantaranya karena optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi makro yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,4%. Di samping itu, dampak tren kenaikan harga komoditas dan pembangunan infrastruktur juga turut mendorong permintaan otomotif.

Dari asumsi tersebut, Dody optimistis pertumbuhan premi bisnis asuransi kendaraan tahun ini tumbuh dua digit.
Direktur Utama Aswata Christian Wanandi berharap, Aswata bisa mencetak pertumbuhan premi asuransi kendaraan sama seperti tahun 2017, yakni sebesar 15%. "Tahun ini mungkin masih bisa tumbuh di kisaran yang sama," tandas Christian.

Untuk mendongkrak bisnis tersebut, Aswata akan menguatkan saluran distribusi. Diantaranya dengan menggandeng lebih banyak lagi mitra, seperti dari kalangan multifinance.
Adapun Direktur PT Asuransi Sinar Mas (ASM), Dumasi MM Samosir menyatakan, premi asuransi kendaraan menyumbang 26% dari total premi perusahaannya tahun 2017 yang berjumlah Rp 5,7 triliun.

Secara umum, Dumasi mematok pertumbuhan premi asuransi tahun ini di kisaran 9%. ASM, akan memaksimalkan saluran agensi, khususnya dengan multifinance yang selama ini menjadi kontributor utama.

sumber: kontan

Senin, 04 Juni 2018

Porsi Asing Dibatasi, Industri Asuransi Indonesia Tetap Menarik di Mata Investor


Kehadiran aturan main soal batas kepemilikan saham asing di industri asuransi dinilai tak akan membuat investor dari luar negeri menghindari potensi bisnis di Indonesia. Pasalnya, peluang yang ada di Indonesia justru dinilai besar.

Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Dadang Sukresna bilang sektor industri asuransi punya potensi untuk terus tumbuh positif dalam tahun-tahun mendatang. Makanya hal ini bisa jadi pertimbangan bagi investor asing untuk ikut mencicipi.

Tak cuma bagi pemodal asing, Dadang bilang peluang ini pun sebenarnya bisa jadi pendorong bagi investor domestik untuk lebih banyak bermain di sektor industri ini.

Salah satu dasar optimismenya adalah perkembangan ekonomi secara makro yang dinilai akan terus tumbuh postif. Termasuk dari langkah-langkah yang dilakukan pemerintah guna menstimulus pertumbuhan asuransi.

Sekadar informasi, pemerintah menetapkan angka 80% sebagai batas minimal bagi investor asing dalam porsi kepemilikan saham di perusahaan perasuransian dalam Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2018.

Di sisi lain, penetrasi asuransi di dalam negeri juga masih terbilang mini. Baik di sektor asuransi umum ataupun asuransi jiwa. "Hal ini mengindikasikan pasar yang masih bisa tumbuh di masa depan," kata dia, Selasa (22/5).

Bagi investor, Dadang menambahkan pergerakan return on equity (RoE) di industri asuransi umum bergerak stabil dalam beberapa tahun ke belakang. Yakni sebesar 13,6% di tahun 2013, lalu 14% di tahun berikutnya.

Meski bisnis asuransi umum beberapa taun ke belakang cukup menantang, namun dia bilang rasio RoE di industri ini masih terjaga di angka 13,8% pada 2015 dan 12,8% di 2016.

Sementara itu, laju bisnis asuransi jiwa dalam lima tahun terakhir pun disebutnya terus meningkat. Dari 2013 sampai 2017, premi bisnis baru yang didapat pelaku usaha sektor ini rata-rata tumbuh 17,2%. Sedangkan untuk premi lanjutan sebesar 12,7%.

sumber: kontan

Minggu, 03 Juni 2018

Kinerja Emiten Alat Berat Bakal Positif Pada 2018


Harga batubara yang stabil dan masih cenderung naik menjadi angin segar bagi kinerja emiten di sektor alat berat. Maklum, seiring membaiknya bisnis pertambangan, permintaan alat berat juga ikut naik.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Juan Oktavianus Harahap mengatakan, bangkitnya sektor pertambangan, khususnya batubara, mendorong kinerja perusahaan alat berat. Sebab, langkah ekspansif perusahaan pertambangan membutuhkan dukungan perusahaan alat berat.

Sektor alat berat juga didukung skema kontrak yang cenderung tahunan, bisa tiga tahun atau lima tahun. Jadi, meski harga batubara turun atau stagnan di tahun depan, perusahaan alat berat sudah mengantongi nilai kontrak penjualan yang cukup tinggi.

Emiten yang dianggap Juan bakal moncer adalah PT United Tractors Tbk (UNTR). Dengan penjualan Komatsu, yang dipandang sebagai merek andalan di segmen ini, UNTR bisa mencicipi manisnya kenaikan harga batubara.

Hal tersebut sudah terlihat dalam laporan keuangan UNTR di kuartal I-2018. Anak usaha Grup Astra ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,5 triliun. Angka ini naik sekitar 69% dari periode yang sama tahun lalu. Perusahaan ini juga berhasil meningkatkan volume penjualan alat berat Komatsu hingga 38% menjadi 1.171 unit.

Selain UNTR, ada pula PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) yang tak hanya menjual alat berat, melainkan juga menjual suku cadang. Kinerja HEXA juga dipandang Juan bakal naik signifikan pada kuartal II-2018 ini.

Senada dengan Juan, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Nathanael Sutyanto menuturkan, kinerja sektor alat berat masih bagus, terdorong kenaikan prospek bisnis tambang. Bisnis alat berat masih positif tahun ini.

Apalagi selama setahun terakhir, sektor batubara sudah menunjukkan geliat untuk melakukan ekspansi. "Nah, sekarang ini saya kira ekspansi akan berjalan dan ini akan mendorong sektor alat berat," ujar David.

Menurut dia, saham sektor alat berat seperti UNTR maupun HEXA masih layak dikoleksi. David optimistis saham UNTR bisa melaju kencang. Oleh karena itu ia merekomendasikan beli dengan target harga Rp 41.000.

sumber: kontan