Asuransi Mobil Otomate

Paket asuransi Mobil terlengkap dari ACA asuransi yang menyediakan mobil pengganti.

Asuransi Pengangkutan (Marine Cargo)

Asuransi pengangkutan ACA menawarkan proteksi lengkap terhadap risiko-risiko yang mengancam barang Anda yang diangkut baik melalui darat, laut, maupun udara..

Rabu, 31 Oktober 2018

Maipark Serahkah Polis Asuransi Gempa ke 3 BPR di Yogyakarta


PT Reasuransi Maipark Indonesia, perusahaan reasuransi risiko khusus, bekerjasama dengan International Finance Corporation (IFC) menyerahkan polis Asuransi Gempa Berbasis Indeks (AGBBI) atau Earthquake Index Insurance (EQII)  kepada tiga bank perkreditan rakyat di Yogyakarta. 

Tujuan dari AGBBI adalah untuk melindungi bank-bank yang memberikan pinjaman kepada individu serta usaha mikro, kecil, dan menengah dari kerugian akibat terjadinya gempa bumi.

Lebih dari 12 juta orang Indonesia tinggal dan bekerja di kawasan-kawasan rawan gempa, dengan paparan secara ekonomi mencapai sekitar US $80 miliar. Risiko ini sangat tinggi di Pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi, di mana bank-bank yang paling terdampak gempa telah kehilangan antara 15% hingga 35% dari pendapatannya seiring terjadinya sejumlah gempa di masa lalu. Kerugian ini mengikis cadangan modal bank dan mengurangi kemampuannya untuk menyalurkan pinjaman.

AGBBI ini memenuhi kebutuhan bank-bank perkreditan rakyat, di mana peningkatan permasalahan pembayaran nasabah serta penarikan tabungan setelah terjadinya gempa bumi dapat menyebabkan kendala likuiditas, tepat pada saat permintaan uang tunai cenderung meningkat.

“Paparan bahaya gempa bumi Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, baik dalam hal kematian korban maupun kerugian ekonomi. Hal tersebut baru-baru ini terlihat setelah terjadinya gempa bumi di Lombok dan Palu, yang menunjukkan bahwa kita membutuhkan mekanisme mitigasi risiko,” jelas Heddy Agus Pritasa, Direktur Teknik maipark dalam keterangan tertulis, sebagaimana dikutip Bisnis.com, Rabu (31/10/2018). 

Dia menjelaskan,  PT Reasuransi Maipark Indonesia bersama dengan IFC telah menciptakan produk EQII, yang berlisensi di bawah Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Kerja sama ini memungkinkan kami memberikan perlindungan bagi bank terhadap risiko keuangan akibat gempa bumi. 

"EQII menawarkan solusi untuk bank-bank pedesaan, membantu mereka mengurangi risiko keuangan akibat gempa bumi dan memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan kepada bank-bank tersebut," kata Ascar Setiyono, Ketua Asosiasi Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) di Yogyakarta.

Dengan dukungan IFC, Maipark telah bekerja sama dengan perusahaan asuransi lokal untuk mengembangkan dan mendistribusikan produk ini, yang dipasarkan oleh PT Asuransi Binagriya Upakara.

“Dengan tanggapan dari tiga bank perkreditan rakyat di Yogyakarta hari ini terhadap produk EQII, kami berharap mereka dapat menjadi preseden bagi bank-bank perkreditan rakyat lain di Indonesia, terutama yang terdampak oleh gempa bumi,” imbuh Dadang Sukresna, Ketua AAUI.

Adapun proyek didanai oleh Global Index Insurance Facility, dana perwalian multi-donor yang dikelola oleh IFC dan diimplementasikan bersama dengan Bank Dunia. Para donor termasuk Jepang, Belanda, Uni Eropa, dan InsuResilience Jerman. Tujuan fasilitas ini adalah untuk memperluas penggunaan asuransi indeks sebagai alat manajemen risiko di bidang pertanian, keamanan pangan, dan pengurangan risiko bencana.

sumber:  bisnis 

Selasa, 30 Oktober 2018

Hadapi Tahun Politik, Ini Imbauan OJK untuk Asuransi Umum


Industri asuransi umum menghadapi tantangan yang tidak mudah pada tahun depan seiring dengan akan digelarnya pemilihan presiden dan legislatif pada 2019. 

Dalam acara pembukaan "24th Indonesia Rendevous" di Nusa Dua, Bali, Kamis (25/10/2018), Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi menyatakan industri asuransi menghadapi tantangan yang tidak mudah di masa depan, terutama memasuki tahun politik pada 2019. Acara ini digelar oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).

Oleh karena itu, OJK mengimbau semua perusahaan asuransi untuk melengkapi diri dengan memperkuat modal, Sumber Daya Manusia (SDM), dan sistem teknologi Indonesia. 

Lebih lanjut, OJK mengharapkan perusahaan asuransi umum menerapkan sejumlah strategi guna mendorong kemajuan industri seperti menjalankan kegiatan bisnis secara sehat, adil, dan bijaksana dengan memprioritaskan penerapan risiko manajemen yang mengacu pada hukum yang berlaku dan praktik internasional yang terbaik. 

Di samping itu, OJK mendorong ketersediaan SDM yang profesional untuk agen, penjamin, dan aktuaris dengan kualitas serta tingkat integritas tinggi. 

Perusahaan asuransi juga perlu mengoptimalkan kantor cabang untuk mendorong penetrasi asuransi serta menciptakan produk asuransi baru
untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan berkontribusi dalam program pembangunan nasional. 

Industri juga dapat memperluas saluran distribusi berbasis Teknologi Informasi (TI) agar dapat menjangkau semua level masyarakat, meningkatkan kualitas retensi dalam menghadapi risiko dan memenuhi kapasitas asuransi dalam negeri untuk mengoptimalkan underwriting.

Di samping itu, perusahaan asuransi perlu memberikan layanan terbaik kepada pemegang polis, terutama terkait proses klaim untuk memulihkan persepsi publik terkait kendala dalam klaim asuransi.

sumber: bisnis 

Jumat, 26 Oktober 2018

Ekonomi Membaik, Bisnis Asuransi Umum Diyakini Masih Tumbuh Dua Digit


Industri asuransi umum tahun ini mencatatkan perkembangan yang positif dari sisi premi. Tren positif ini diyakini masih berlangsung hingga sembilan bulan pertama tahun ini.

Sampai Agustus 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pelaku usaha asuransi umum membukukan premi bruto sebesar Rp 38 triliun. Jumlah ini tumbuh 11,4% dibanding periode yang sama di tahun lalu yang sebesar Rp 34,1 triliun.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe menilai pertumbuhan premi yang didapat pelaku usaha di tahun ini diantaranya didorong pertumbuhan ekonomi makro di tahun ini yang masih cukup baik. Pertumbuhan ekonomi ini biasa diikuti oleh meningkatnya investasi di berbagai sektor industri dan daya beli masyarakat.

Sehingga kondisi ini ikut mengerek permintaan asuransi di pasaran yang disusul meningkatnya premi yang didapat pemain asuransi.

Nah hingga kuartal III-2018, Dody menilai kondisi ini masih cukup terjaga. Meski memang di sisi lain ada sejumlah tantangan yang juga mesti dihadapi pelaku usaha asuransi. Misalnya saja dari tren pelemahan nilai tukar rupiah.

Tapi tren tersebut dinilainya belum akan berdampak signifikan bagi industri. Contohnya dari penjualan kendaraan bermotor di pasaran yang masih mencatatkan pertumbuhan. Alhasil peluang untuk menggeber premi dari lini asuransi kendaraan masih terbuka.

Begitu pula dengan sejumlah lini bisnis lain yang menunjukkan tren pasar yang positif. Semisal lini asuransi kredit, asuransi pengangkutan dan asuransi kesehatan.

"Sehingga sampai kuartal ketiga premi asuransi umum masih bisa tumbuh dua digit," kata dia baru-baru ini.

Sebagai catatan, hingga September 2018 perolehan premi bruto dari sektor industri ini sebesar Rp 39 triliun. 

sumber:  kontan

Kamis, 25 Oktober 2018

Pertemukan Pelaku Asuransi, AAUI Gelar 24th Indonesia Rendezvous


Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) kembali menggelar 24th Indonesia Rendezvous (IR), 24-27 Oktober 2018 di Bali Nusa Convention Centre (BNCC), Nusa Dua, Bali. Acara berskala internasional ini mengambil tema "From Potential to Reality, 2019 and Beyond".

IR merupakan ajang bertemu, bertukar pikiran, dan terjalinnya kerja sama yang melibatkan lebih dari 450 peserta dari 13 negara dari berbagai perusahaan asuransi, broker, maupun reasuransi yang datang dari Korea Selatan, Jepang, Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Inggris.

Ketua Bidang Hubungan Internasional AAUI, Adi Pramana mengatakan bahwa pihaknya ingin industri asuransi umum lebih mengambil peranan dalam mensejahterakan masyarakat, mengurangi beban keuangan pemerintah dalam mengatasi bencana, dan lebih memajukan perekonomian bangsa. 

"Oleh karena itu lah, kami dari asosiasi didukung penuh oleh pemerintah Indonesia serta para pelaku industri, baik dalam dan luar negeri, ingin memberikan pandangan yang seluas-luasnya terhadap apa yang saat ini terjadi dan bagaimana industri asuransi umum dapat berkontribusi lebih besar lagi di 2019 dan seterusnya," katanya di Nusa Dua, Bali, Rabu (24/10/2018).

Senada dengan Adi Pramana, Ketua Panitia IR tahun ini, Rismauli Silaban mengatakan, tujuan IR digelar untuk memberikan pandangan bagi pelaku bisnis industri asuransi umum yang datang dari berbagai negara agar dapat merefleksikan diri dengan menggali berbagai potensi maupun menciptakan kesempatan, baik dari dalam maupun dari lingkungan industri asuransi. 

"Melalui acara yang kami ramu selama tiga hari ini, berharap dapat memberikan hints atau petunjuk untuk menghadapi realitas di 2019 dan ke depannya," ucapnya. 

Beberapa nama dijadwalkan hadir pada acara bergengsi ini, salah satunya adalah Riswinandi selaku Kepala Eksekutif Pengawas Industri Non-Bank OJK yang akan memberikan keynote speech sekaligus membuka acara IR secara resmi pada esok hari.

Turut hadir para panelis dari dalam dan luar negeri yang berpengalaman dan ahli di bidang ekonomi nasional maupun global, konsultan, praktisi asuransi, dan tentunya regulator Indonesia.

Rangkaian kegiatan IR tahun ini akan dibuka dengan gala dinner sebagai penanda selamat datang kepada para peserta yang digelar malam ini, Rabu (24/10/2018). Dilanjutkan esok hari dengan opening ceremony, lalu diskusi panel dengan tema Actualizing Positive Environment, dan pada hari terakhir, Jumat (26/10/2018), diskusi panel akan mengangkat tema Improvements from Within.

Salah satu yang menarik pada tahun ini, Rendezvous Room akan dibuka sejak awal acara, sehingga para peserta leluasa untuk mengadakan pertemuan dan berharap dapat memfasilitasi pertemuan-pertemuan penting untuk pengembangan bisnis industri asuransi umum lebih maksimal lagi. Selain itu, rebranding logo IR dilakukan dengan menampilkan logo IR terbaru yang menggambarkan nuansa bali.

IR 24th didukung oleh PT Reasuransi Indonesia Utama (persero) atau Indonesia Re, PT Reasuransi Nusantara Makmur atau Nusantara Re, PT Reasuransi Nasional Indonesia atau Nasional Re, PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk atau Tugu Insurance, Asuransi Astra Buana, Asuransi Tri Pakarta, Asuransi Askrindo, Adira Insurance, AON Benefield Indonesia, Asuransi MSIG Indonesia, Tugu Reasuransi Indonesia, Reasuransi Maipark Indonesia, Asuransi Jasa Indonesia, PT Asuransi Ramayana Tbk, AIG Insurance Indonesia, Asuransi Wahana Tata, LLOYD’S Asia, Asuransi Bumiputera Muda, Asuransi Asei Indonesia, Maskapai Reasuransi Indonesia, Asuransi Tokio Marine Indonesia, Asuransi Bina Dana Artha, Sompo Insurance Indonesia, Guy Carpenter & Company Private Limited, McLarens Indonesia, Asuransi Raksa Praktikara, RKH Speciality Asia Pacific Pte Ltd, PT Jasa Cipta Rembaka, dan Indonesia Eximbank.

sumber: wartaekonomi

Rabu, 24 Oktober 2018

Tinggal di Apartemen, Pentingkah Memiliki Asuransi Properti?


Kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya asuransi properti masih sangat rendah.  Padahal, Indonesia menjadi salah satu negara paling rawan bencana (seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi) di Asia Tenggara. Sebelum membahas lebih lanjut, yuk pahami dulu pengertian asuransi properti beserta manfaatnya.

Apa Itu Asuransi Properti?
Asuransi properti adalah jenis perlindungan yang bertujuan mengantisipasi kerugian finansial dan meminimalisir risiko yang timbul akibat kejadian tak terduga yang menimpa properti seperti bencana alam, kebakaran, pencurian dan lainnya. Asuransi properti terbagi 2 yaitu PAR (Property All Risk) dan PSAKI (Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia).

Property all risk menjamin seluruh risiko yang terjadi pada harta benda yang dipertanggungkan. Sedangkan, PSAKI merupakan polis standar yang dikeluarkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) untuk asuransi kebakaran.

Manfaat Asuransi Properti
Anda (pemegang polis) akan mendapat keuntungan berupa perlindungan terhadap sejumlah risiko yang mengancam properti kita, seperti halnya kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, bencana alam, huru hara dan pencurian. Asuransi ini juga menjamin perlindungan terhadap segala harta benda di dalam hunian. Jadi, tak hanya bangunan yang dilindungi, tapi juga barang-barang berharga di dalamnya.

Asuransi properti untuk rumah mungkin sudah tak asing. Tapi jika kita tinggal di apartemen, apakah perlu membeli asuransi properti?

Faktanya setiap apartemen sudah dilengkapi asuransi dari badan pengelola sesuai dengan PP Pasal 70 No. 4 tahun 1988 tentang rumah susun dan hunian yang menyatakan:

Perhimpunan Penghuni harus mengasuransikan rumah susun terhadap kebakaran.

Dan PP No. 4/1988 Pasal 61 ayat (2) mengatakan:

Setiap penghuni berkewajiban:

1. Mematuhi dan melaksanakan peraturan tata tertib dalam rumah susun dan lingkungannya sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga;

2. Membayar iuran pengelolaan dan premi asuransi kebakaran;

3. Memelihara rumah susun dan lingkungannya termasuk bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Perlu diketahui juga, asuransi ini tidak menjamin barang yang ada di apartemen. Jadi, jika terjadi musibah seperti kebakaran dan menghabiskan isi apartemen, maka tidak akan ada ganti rugi dari asuransi.

Berbeda jika Anda membeli polis asuransi properti, maka kerugian finansial tersebut akan ditanggungkan kepada perusahaan asuransi. Ingat! Manfaat-manfaat tersebut Anda peroleh tergantung pada polis yang dibeli. Karenanya, pastikan polis telah sesuai dengan kebutuhan.

Dengan mengambil asuransi properti, Anda akan lebih nyaman tinggal di apartemen dan tak perlu khawatir atas musibah yang akan datang melanda.

Membeli asuransi properti juga berkaitan dengan rencana keuangan Anda. Kenapa? Karena tentu saja Anda harus rutin membayar premi. 

Yuk lindungi aset investasi Anda dari kerugian finansial. Apartemen aman hidup pun nyaman!

Senin, 22 Oktober 2018

Bagaimana cara membeli Asuransi Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal)?


Ada 3 cara untuk membeli Asuransi Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal)


  1. Membeli polis Asuransi Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal) secara terpisah (stand-alone), beberapa perusahaan asuransi (yang tergabung dalam konsorsium) menjual Wreck Removal Certificate (WRC) secara terpisah sehingga lebih hemat karena tidak perlu terlebih dahulu membeli polis Asuransi Kapal (Hull & Machinery)
  2. Membeli polis Asuransi Kapal (H&M) dengan tambahan perluasan jaminan Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal). Beberapa perusahaan asuransi menjual Wreck Removal Certificate (WRC) sebagai perluasan jaminan atas polis H&M, alternative ini juga adalah cara hemat karena tidak perlu membeli polis (Full) Protection & Indemnity (P&I) yang relative mahal.
  3. Membeli polis Protection & Indemnity (P&I), alternative ini tentu yang paling baik (namun paling mahal) karena memberikan jaminan yang komplit. Untuk membeli polis P&I tentu harus terlebih dahulu membeli polis H&M karena begitu persyaratannya.

Dari ke-tiga alternative tersebut tentu alternative (1) yang paling Hemat.

Bagi anda yang sudah memiliki polis Protection & Indemnity (P&I) tentu tidak perlu lagi membeli Asuransi Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal) karena sudah otomatis dijamin, anda hanya perlu meminta diterbitkan Wreck Removal Certificate (WRC) dengan format yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut tanpa dipungut biaya lagi alias gratis (alternative-3)

Bagi anda yang sudah memiliki polis Asuransi Kapal (Hull & Machinery) alternatif terbaik adalah menghubungi perusahaan asuransi ybs dan meminta perluasan jaminan Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal) tentu dengan membayar premi tambahan (alternative-2). Namun jika perusahaan asuransi ybs tidak menjual jaminan Penyingkiran Kerangka Kapal (Wreck Removal) berarti anda harus menghubungi perusahaan asurani lain (alternative-1).

Bagi anda yang belum memiliki polis Asuransi Kapal (Hull & Machinery) maupun polis Protection & Indemnity (P&I), anda memiliki kebebasan untuk memilih alternative-1, 2 atau 3.


Bagaimana Caranya?

Caranya mudah saja, cukup melengkapi informasi :

1.  Nama dan alamat perusahaan
2.  Nama kapal, jenis kapal, klas, bendera, GT, tahun dan harganya.


sumber: ahliasuransi

Minggu, 21 Oktober 2018

AAUI Gelar Literasi Asuransi ke Kampus


Di tengah tantangan perkembangan ekonomi, pelaku industri asuransi tetap optimistis mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis pada akhir 2018 dan tahun 2019.

“Tiap tahun masih betumbuh secara positif, masih banyak peluang untuk ekspansi dan bahkan masih banyak perusahaan asing yang ingin masuk ke Indonesia,” kata Banua Sianturi, pengurus Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Banua Sianturi kepada Bisnis pada Kamis (18/10/2018).

Banua mengatakan kondisi literasi dan inklusi asuransi di Indonesia masih belum terlalu tinggi. Mengutip data survei Otoritas Jasa Keuangan pada 2016, tingkat literasi asuransi sebesar 15,76% dan inklusi 12,08%. 
Angka yang masih rendah tersebut menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku industri untuk meningkatkan penetrasi asuransi.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong pemahaman berasuransi yakni lewat kegiatan Insurance Day 2018 yang fokus pada generasi milenial.

AAUI menggelar Insurance Goes to Campus 2018 dengan tema Mari Beransuransi dengan menggandeng para pelaku industri serta lembaga Otoritas Jasa Keuangan. Selain di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan, kegiatan tersebut juga dilakukan secara serentak di 9 perguruan tinggi di 10 kota di Indonesia.

Acara berupa kuliah umum tersebut merupakan bagian dari peringatan Insurance Day yang puncaknya akan dilakukan di Bandung pada 18 November mendatang.

“Kegiatan ini dilakukan untuk meliterasi dan mengedukasi mahasiswa agar mereka paham bahwa risiko bisa dikurangi dan dimitigasi dengan adanya asuransi. Harapannya nanti setelah mereka bekerja mereka akan menjadi pengguna asuransi sekaligus mampu menjelaskan kepada masyarakat pentingnya berasuransi,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, General Manager PT Telkom Indonesia wilayah Medan Mohammad Syibli menuturkan pihaknya meneken nota kesepahaman untuk kerja sama dengan AAUI terkait penyediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi bagi perusahaan asuransi.


“Kami dari Telkom Medan kami ingin mendukung pelaku industri untuk menyesuaikan bisnisnya dengan perkembangan teknologi terkini untuk menyediakan channel yang bisa menjangkau generasi milenial. Kolaborasi ini mengawali digitalisasi asuransi, di mana kami menyediakan channel yang memudahkan generasi milenial dapat informasi hingga beli asuransi secara digital,” paparnya.


Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Rektor III USU Mahyudin, Kepala OJK Regional 5 Sumbagut Lukdir Gultom serta Kanwil Jasa Raharja Medan Ifriantono.

sumber:  bisnis 

Kamis, 18 Oktober 2018

Asuransi Tampung Keluhan Nasabah di BMAI


Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)  menilai akar masalah ketidakpuasan konsumen kepada konsumen disebabkan penyampaian informasi yang tidak utuh.

Perusahaan asuransi cenderung memberikan informasi yang tidak jelas mengenai produk yang mereka tawarkan. Para agen hanya menerangkan manfaat dari produk asuransi yang mereka tawarkan dan tidak menjelaskan risiko-risiko yang tidak dicover perusahaan asuransi.

Berdasarkan data  YLKI pada 2017, jumlah aduan mengenai asuransi menempati urutan ke 7, dengan 32 kasus.

 Kemudian, sebanyak 53%merupakan kasus klaim konsumen ditolak oleh perusahaaan asuransi.

Direktur Eksekutif Asosisasi Asuransi Umum Indonesia, Dody Achmad Sudyar Dalimunthe mengakui peningkatan kepuasan nasabah menjadi tantangan industri asuransi saat ini.

Perusahaan asuransi dan regulator, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terus berupaya dalam menjaga keamanan dan kepuasan nasabah terhadap produk asuransi

“Pada posisi ini menjadi tantangan bagi regulator dan perusahaan asuransi agar menangani pengaduan tersebut dengan baik sehingga timbul kepercayaan masyarakat,” kata Dody kepada Bisnis, Kamis (18/10/2018).

Dody menerangkan beberapa upaya untuk meningkatkan kepuasan nasabah, perusahaan asuransi menampung segala keluhan nasabah dalam sebuah wadah bernama Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI).

BMAI didirikan pada tanggal 12 Mei 2006. Pendiriannya ini sejalan dengan Surat Keputusan Bersama empat Menteri yaitu a) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.KEP.45/M.EKON/07/2006; b) Gubernur Bank Indonesia No.8/50/KEP.GBI/ 2006; c) Menteri Keuangan No.357/KMK.012/2006; dan d) Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.KEP-75/MBU/2006 Tentang Paket Kebijakan Sektor Keuangan yang ditetapkan di Jakarta tanggal 5 Juli 2006.. 

Pendirian BMAI digagas oleh beberapa Asosiasi Perusahaan Perasuransian Indonesia yang berada di bawah FAPI (Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia) yaitu Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI).

Berdasarkan data BMAI terhitung 2006-2017 terdapat 651 kasus yang terdaftar,  461 selesai dalam mediasi, 65 lewat ajudikasi dan 125 selesai di luar yuridiksi.    

sumber: bisnis 

Trans Power Marine (TPMA) Tunda Pembelian 6 set Kapal Batubara hingga Tahun Depan


PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) kembali menunda rencana pembelian 6 set kapal tunda dan tongkang untuk pengangkutan batubara. Sebelumnya perusaan ini berencana untuk menambah 6 set kapal tunda dan tongkang berkapasitas 7.500 - 10.000 ton dengan jenis kapal 300-330 feet dengan perkiraan harga sebesar US$ 2,5 juta hingga US$ 3 juta pada kuartal IV tahun ini.

Rudy Sutiono, Direktur Keuangan Trans Power Marine mengatakan, rencana tersebut kembali ditunda sampai tahun depan karena masih terkendala dengan pihak pemberi pinjaman atau perbankan. "Seharusnya pada kuartal IV ini namun masalah diperbankan masih juga belum selesai karena pihak Bank masih mempertimbangkan untuk memberi pinjaman ke industri sektor pengadaan kapal," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (9/10).

Menurut Rudy, meskipun TPMA memiliki riwayat keuangan dan kinerja yang baik tetapi pihak Bank tidak merta bisa langsung memberikan pinjaman mengingat saat ini industri kapal dinilai masih belum positif.

"Jadi Bank ini pukul rata, mereka melihat investasi dibidang perkapalan ini masih belum kondusif karena sejauh ini ada beberapa perusahaan yang masih terus mengalami kerugian yang kemudian berimbas pada keterlambatan pembayaran pinjaman," ujarnya.

Selain itu, kata Rudy saat ini perbankan juga masih wait and see karena tahun ini sampai April tahun depan memasuki tahun politik dimana semua segmen akan lebih berhati-hati untuk mengambil langkah ekspansi.

"Sekarang semua segmen masih hati-hati ya termasuk perbankan, mereka juga masih terus melihat keadaan pasar maka dari itu kemungkinan pembelian kapal ini ditunda sampai semester dua tahun depan," ujarnya.

Ditanya solusi lain, Rudy mengatakan pinjaman dari bank merupakan opsi yang paling tepat untuk saat ini. "Kalau misalnya kami right issue pun kemungkinan dananya masih kurang jadi pinjaman dari Bank merupakan opsi terbaik," ujarnya.

sumber: kontan 

Rabu, 17 Oktober 2018

Asuransi Mengatur Strategi Ketika Rupiah Loyo


Tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) turut berdampak pada pelaku usaha asuransi umum. Setidaknya ada beberapa hal yang terpengaruh oleh pelemahan kurs rupiah.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe mengatakan, salah satu hal yang terpengaruh tren pelemahan rupiah adalah penempatan reasuransi di luar negeri dalam bentuk valas. Jika terjadi fluktuasi nilai tukar, maka perusahaan asuransi harus menghitung selisih kurs apabila nantinya harus klaim ke reasuransi asing tersebut.

Hal kedua, soal premi yang didapat perusahaan asuransi berupa valuta asing dari korporasi multinasional. Jika menerima premi berbentuk valas, tentulah pelaku usaha mesti membentuk cadangan klaim dalam bentuk valas pula. "Fluktuasi nilai rupiah akan mempengaruhi besaran cadangan yang dibentuk tersebut," kata dia, Jumat (12/10).

Hal lain yang ikut terpapar pelemahan rupiah adalah soal ekuitas. Dengan menggunakan mata uang rupiah, imbuh Dody, nilai ekuitas dari para perusahaan asuransi lokal akan terlihat lebih kecil di mata internasional.

Meski tak menunjukan kondisi yang nyata, namun menurut Dody hal ini dapat mempengaruhi persepsi para klien asuransi dari luar negeri. Meski begitu, dia mengklaim industri ini masih mampu menahan efek dari pelemahan tersebut.

Kata Dody, performa industri asuransi umum tetap mengalami pertumbuhan positif. Bahkan premi berhasil menembus dua digit hingga bulan ke delapan tahun 2018. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2018, premi asuransi umum tumbuh 11,47% secara year on year (yoy) dari Rp 34,15 triliun menjadi Rp 38,07 triliun pada Agustus 2018.

"Oleh karena itu, dari sisi perusahaan asuransi sendiri kami yakin tidak akan mengalami dampak yang besar akibat pelemahan rupiah ini," kata dia, Jumat (12/10).

Menganalisa risiko

Presiden Direktur Tugu Insurance Indra Baruna mengatakan, sebagai industri yang melakukan kover risiko, pihaknya terus berupaya melakukan analisis yang tajam terhadap risiko yang ditanggung. "Sehingga hal ini memberi dampak positif terhadap hasil underwriting," kata Indra.

Di samping itu, Tugu Insurance juga didukung oleh modal yang relatif kuat dan strategi investasi yang cenderung konservatif. Meski begitu, ia mengakui peningkatan pengelolaan risiko akan menjadi pekerjaan rumah jangka panjang di tengah kondisi ekonomi global yang masih menantang.

sumber: kontan 

Senin, 15 Oktober 2018

Beban Klaim Naik, Hasil Underwriting Reasuransi Anjlok 38%


Kinerja hasil underwriting industri reasuransi merosot tajam. Kenaikan beban klaim dan beban biaya, menjadi penyebab penurunan hasil underwriting industri reasuransi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Agustus 2018, industri reasuransi mencatat hasil underwriting sebesar Rp 474,71 miliar. Angka tersebut turun 38% dibandingkan periode sama di tahun lalu yakni Rp 765,70 miliar.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimuthe menilai, penurunan hasil underwriting industri reasuransi karena terbebani oleh kenaikan pendapatan premi, beban klaim dan beban biaya.

“Dengan demikian, jika klaim semakin besar dan daya juga tinggi, maka akan berdampak pada hasil underwriting industri reasuransi yang kecil,” kata Dody kepada Kontan.co.id, Senin (15/10).

Di periode yang sama, industri reasuransi mengumpulkan perolahan premi sebesar Rp 12,11 triliun, naik 30,4% secara year on year (yoy). Sayangnya, kenaikan tersebut diikuti peningkatan klaim bruto 28,57% menjadi Rp 4,50 triliun.

Perusahaan reasuransi juga mesti menanggung beban pemasaran, serta beban pegawai dan pengurus yang tinggi. Beban pemasaran sendiri naik 23,38% menjadi Rp 25,54 miliar, kemudian beban pegawai dan pengurus naik 33,01% menjadi Rp 267,78 miliar.

PT Reasuransi Maipark Indonesia juga mencatat penuruhan hasil underwriting. Sampai dengan Agustus 2018, perusahaan ini mencatat hasil underwriting Rp 34,8 miliar, atau turun 15,9% dari tahun lalu, Rp 41,4 miliar.

Direktur Maipark Heddy Pritasa mengatakan, penurunan hasil underwriting itu disebabkan beban klaim meningkat akibat gempa yang terjadi di Lombok, dari Rp 14,5 miliar menjadi Rp 36 miliar.

“Kinerja keuangan pasti menurun, tapi etos kerja kami secara umum tetap positif. Apalagi adanya gempa di Lombok dan Palu diharapkan bisa membangun kesadaran masyarakat, dan menaikan pertumbuhan asuransi gempa bumi,” jelasnya.

Hal serupa terjadi pada PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re yang mengalami penurunan hasil underwriting dibandingkan tahun lalu. Tapi, Direktur Indonesia Re. Kocu Andre Hutagalung mengaku pihaknya tetap mencatatkan hasil underwriting positif.

“Hasil underwriting masih baik dan positif, walaupun tidak sebaik tahun lalu,” ungkapnya.

Menurutnya, kinerja hasil underwring mengalami tantangan karena biaya akusisi telah yang menekan komisi reasuransi. Komisi ini merupakan biaya survei risiko yang dapat ditagihkan perusahaan pilang kepada perusahaan asuransi, yang beberapa tahun terakhir peningkatan beban ini semakin menekan margin industri.

“Tantangan terbesar, di mana pendapatan premi tertekan karena biaya engineering fee yang masuk dalam biaya akuisisi. Padahal, engineering fee awalnya bukan biaya akuisisi tetapi biaya risk improvement, tapi sekarang tidak dibukukan ke dalam komponen teknis tapi biaya usaha,” imbuhnya.

Maka untuk menghadapi penurunan hasil underwriting ini, Indonesia Re akan tetap fokus menjaga batas pendapatan premi, agar kondisi hasil underwriting lebih baik di tahun mendatang.

sumber: kontan 

Minggu, 14 Oktober 2018

Begini Dampak Pelemahan Rupiah Bagi Asuransi Umum


Tren pelemahan nilai tukar rupiah turut berdampak pada pelaku usaha asuransi umum. Setidaknya ada hal yang paling terpengaruh dari nilai rupiah yang loyo.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe mengatakan, salah satu hal yang terpengaruh tren ini adalah penempatan reasuransi di luar negeri dalam bentuk valas. Jika terjadi fluktuasi nilai tukar maka perusahaan asuransi harus menghitung selisih kurs apabila nantinya harus klaim ke reasuransi asing tersebut.

Poin kedua adalah soal premi yang didapat perusahaan asuransi berupa valuta asing dari korporasi multinasional. Jika menerima premi berbentuk valas, tentu pelaku usaha mesti membentuk cadangan klaim dalam bentuk valas pula. "Fluktuasi nilai rupiah akan mempengaruhi besaran cadangan yang dibentuk," kata dia, Jumat (12/10).

Hal lain yang ikut terpapar pelemahan rupiah adalah soal ekuitas. Dengan menggunakan mata uang rupiah, Dody bilang nilai ekuitas perusahaan asuransi lokal akan terlihat lebih kecil di mata internasional.

Meski tak menunjukkan kondisi yang nyata, menurut Dody hal ini dapat mempengaruhi persepsi para klien asuransi dari luar negeri.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar menunjukan tren melemah di tahun ini. Nilai tukar rupiah menyentuh Rp 15.235 per dolar di pasar spot Kamis (11/10), sore.

sumber:  kontan

Jumat, 12 Oktober 2018

Pertumbuhan Premi Asuransi Umum Masih Ungguli Kenaikan Klaim


Industri asuransi umum atau asuransi kerugian masih dianggap sehat pada Agustus lalu. Adanya kenaikan klaim dianggap normal karena laju perolehan premi lebih ngebut.

Sampai dengan Agustus 2018, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pendapatan premi industri asuransi umum mencapai Rp 44,45 triliun atau naik 10,95% secara year on year (yoy). Sedangkan klaim naik 1,38% menjadi Rp 17,57 triliun.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimuthe mengatakan, kenaikan premi disertai kenaikan klaim sebagai sesuatu yang normal. Asalkan, kenaikan klaim lebih rendah dari premi.

“Yang berbahaya itu apabila pendapatan premi tumbuh 1%, sedangkan klaim tumbuh 5%. Kalau sama-sama naik tidak apa-apa, asalkan pertumbuhan premi lebih cepat dari klaim,” kata Dody di Jakarta, Kamis (11/10).

Namun ia belum bisa memastikan berapa kenaikan pembayaran klaim sampai akhir tahun, karena klaim bersifat fluktuatif. Adanya bencana gempa di wilayah Lombok dan Palu, akan berpotensi menaikan jumlah klaim di tahun ini.

“Dengan adanya gempa, klaim diestimasikan naik. Tapi itu masih tetap tergantung bagaimana perusahaan asuransi bekerja sama dengan perusahaan reasuransi untuk membayar klaim, serta mengatur risiko secara tepat,” jelas dia.

PT Asuransi Wahana Tata (Aswata) bahkan mengalami kenaikan klaim 5% di bulan Agustus 2018. Sayangnya, kenaikan klaim terus berbanding terbalik dnegan pertumbuhan premi yang turun sebesar 3% dari tahun lalu yakni Rp 1,1 triliun.

Meskipun demikian, Presiden Direktur Aswata Christian Wanandi optimistis perseroan bisa mencapai target premi sebesar Rp 2,1 triliun hingga akhir tahun ini.

“Strategi kami adalah dengan tetap menaikan bisnis, serta berpegang pada underwriting yang prudent,” ungkapnya.

Pembayaran klaim PT Asuransi Adira Dinamuka (Adira Insurance) justru mengalami penurunan. Sampai dengan Agustus 2018, perusahaan mencatatkan klaim sebesar Rp 516 miliar, atau turun 4% secara yoy.

Business Development Division Head Adira Insurance Tanny Megah Lestari mengatakan, penurunan klaim tersebut terjadi karena jumlah transaksi klaim juga menurun. Di sisi lain, Adira Insurance sukses mencatatkan peroleh premi sebesar Rp 1,8 triliun, naik 12% secara year on year (yoy).

“Per Agustus 2018, kita sudah membayarkan 173.900 transaksi klaim, nilainya Rp 516 miliar. Secara transaksi sebenarnya mengalami penurunan sebesar 33% dan secara jumlah mengalami penurunan sebanyak 4%,” jelasnya.

Dari nilai premi tersebut, sekitar 58% bersumber dari produk asuransi kendaraan bermotor dan sisanya produk asuransi non kendaraan bermotor. Asuransi kendaraan menyumbang premi sebesar Rp 1,03 triliun, sedangkan sisanya dari produk non kendaraan bermotor.

Adira menargetkan pendapatan premi Rp 2,7 triliun hingga akhir tahun. Starteginya dengan terus mengembangkan inovasi di bidang teknologi dan digital, yang disertai peningkatan kinerja sumber daya manusia (SDM) dan organisasi di perusahaan.

sumber: kontan 

Kamis, 11 Oktober 2018

Maipark Sudah Terima 58 Laporan Klaim Akibat Bencana Sulteng


PT Reasuransi Maipark Indonesia hingga hari ini, telah menerima 58 laporan klaim akibat bencana yang terjadi di Palu, Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah. 

“Sampai hari ini Maipark telah terima 58 laporan klaim akibat bencana yang terjadi di Sulawesi Tengah,” kata Direktur Utama Reasuransi Maipark Indonesia Ahmad Fauzi Darwin saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/10).

Dari total klaim yang diterima, Fauzi bilang 23 laporan diantaranya dipastikan memiliki nilai kerugian mencapai Rp 90 miliar. “Sedangkan 25 laporan lainnya belum disertai nilai kerugiannya,” jelasnya.

Dari total klaim yang terus bertambah tersebut, diperkirakan total klaim bisa meningkat lebih dari Rp 200 miliar.

“Berdasarkan data Maipark terkait nilai harta benda yang diasuransikan atau eksposur di kota Palu dan sekitarnya bisa mencapai Rp 2,3 triliun dengan jumlah risiko sebanyak 753 unit bangunan,” tambahnya.

Dari laporannya, Fauzi mengatakan, saat ini klaim masih didominasi berasal dari asuransi properti.

“Klaim yang kami terima ini dari properti seperti bangunan rumah tempat tinggal, pusat perbelanjaan, pelabuhan dan properti komersil lainnya. Ada juga dari perusahaan BUMN yakni properti milik Telkom,” jelasnya.

Total klaim yang berpotensi meningkat ini, menurutnya lantaran hingga saat ini daerah terdampak bencana masih dalam proses pemulihan sehingga proses pendataan belum berjalan maksimal.

Potensi klaim yang dihitung Maipark dikatakan menggunakan software khusus yakni Maipark Catastrophe (MCM). Yakni teknologi menghitung risiko kerugian akibat kerugian gempa dan gelombang tsunami.

Sekitar 90% kerusakan berada di kota Palu, sedangkan sisanya menyebar di wilayah Donggala, Sigi, Mamuju Utara dan Parigi.

“Perkiraan kami setelah tanggal 11 nanti, petugas asuransi bisa mulai masuk ke daerah terdampak bencana. Hal ini karena sampai sekrang masih dalam masa tanggap darurat,” terangnya.

Dadang Sukresna, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) juga mengatakan perusahaan asuransi sudah menunjuk pihak penilai untuk memberikan perkiraan nilai kerugian atas klaim yang diterima.

“Upaya yang dilakukan perusahaan asuransi saat ini untuk melayani nasabah adalah kami telah menunjuk loss adjuster atau penilai kerugian untuk menilai perkiraan kerugian dengan menyampaikan semua risiko yang ada di lokasi, jadi kita jemput bola,” tuturnya.

Selain itu, Dadang juga mengatakan saat ini AAUI masih terus mengumpulkan data terkait laporan klaim properti yang diterima dari perusahaan-perusahaan asuransi.

“Untuk sementara kami baru mencatat klaim dari properti atau bangunan. Sedangkan dari kendaraan bermotor belum ada info yang bisa kami berikan,” pungkasnya.

sumber:  kontan 

Rabu, 10 Oktober 2018

Tahun Depan, Semua Gedung Pemerintah Akan Diasuransikan

                                                                          Ilustrasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia membuka diri untuk menimba pengalaman dari negara-negara lain mengenai pembiayaan bencana.

“Kami ingin belajar dari Filipina yang sudah mengasuransikan gedung-gedung pemerintahan daerah, belajar dari Maroko yang sudah mengasuransikan UMKM dan rumah-rumah penduduk berpenghasilan rendah,” ungkap Sri Mulyani di Bali International Convention Center (BICC), Rabu (10/10).

Karena itu menurutnya, pada tahun anggaran 2019 mendatang, semua gedung pemerintah akan diasuransikan, meski belum termasuk rumah-rumah penduduk menengah dan bawah karena mekanisme asuransi untuk itu belum tersedia.

Sri Mulyani mengatakan penanganan bencana di Indonesia selama ini masih sangat tergantung pada APBN dan APBD, bahkan harus merealokasi anggaran. Oleh karena itu, pemerintah akan mengidentifikasi semua risiko bencana alam dan memikirkan mekanisme fiskal serta instrumen keuangan terbaik untuk mendukung rehabilitasi yang paling efektif dan paling cepat.

“Sebuah strategi jangka panjang untuk membangun ketahanan (resiliency) terhadap bencana alam, khususnya dari sisi fiskal,” kata Sri Mulyani.

Ia melanjutkan, fokus terbesar ketika bencana terjadi adalah bagaimana membantu korban, melakukan recovery dan melakukan rekonstruksi.

“Namun kita jarang sekali membahas soal transfer risiko, termasuk untuk pembiayaan. Pengelolaan bencana menjadi tidak tersinergikan dan terintegrasi,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengatakan, selama ini aset negara dibuat tanpa jaminan risiko fiskal, sehingga kalau rusak itu jadi beban baru bagi APBN.

“Tentu kita tidak mau jadi beban APBN dan tidak mau bergantung pada bantuan luar negeri, makanya perlu partisipasi dari masyarakat, agar aset negara bisa diasuransikan, agar masyarakat mau mengasuransikan asetnya juga,” kata dia.

Pengalaman terakhir di Palu, kata JK, ada 2.000 sekolah hancur, jembatan, rumah masyarakat dan lain-lain yang perlu dibangun kembali oleh pemerintah.

“Ini perlu anggaran yang besar, maka dari itu mari kita bicarakan solusi terbaik agar ada sistem yang baik, misalnya asuransi terhadap aset negara dan aset masyarakat,” ujarnya.

sumber: kontan 

Selasa, 09 Oktober 2018

Asuransi Barang Milik Negara Siap Meluncur Bulan Ini


Pemerintah segera meluncurkan program asuransi barang milik negara (BMN) yang berbarengan dengan pertemuan tahunan IMF dan World Bank 2018 di Bali. Keberadaan asuransi ini diharapkan bisa memproteksi barang milik negara terhadap risiko bencana alam.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menyebut skema asuransi ini tengah memasuki tahap final. Minggu lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyetujui draf polis standar tersebut dan telah disosialisasikan kepada ke Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DKJN) Kementerian Keuangan (Kemkeu).

“Dari sosiliasi polis itu, banyak masukan dan penyesuian untuk menjadi draf final. Karena ada yang ditambah dan dikurangi,” kata Dody, Minggu (7/10).

Adapun polis standar asuransi ini menyesuaikan dengan PMK No. 247/PMK.06/2016 tentang pengasuransian barang milik negara. Ini merupakan polis khusus yang menkover kerugian atas polis property all risk, termasuk risiko bencana alam.

Menurutnya, apabila DJKN Kemkeu sebagai pengguna polis telah menyetujui polis standar tersebut maka selanjutnya akan memasuki proses lelang yang direncanakan tahun ini. Sehingga pelaksanaan asuransi ini diharapkan bisa terealisasi tahun depan.

Pada tahap awal, uji coba asuransi ini akan dilakukan pada DJKN Kemkeu di tahun pertama, sedangkan tahun berikutnya diterapkan kepada kementerian atau lembaga pemerintah lain.

Di samping itu, AAUI mengusulkan konsorsium sebagai penyelenggara asuransi BMN. Saat ini asosiasi tengah berkoordinasi dengan DJKN Kemkeu dan OJK terkait kriteria perusahaan asuransi umum mana saja yang akan dilibatkan.

Menurut Dody, kehadiran asuransi BNM bisa mengerek bisnis asuransi umum di tahun depan. Ini adalah jenis asuransi pertangguhan tahunan, sehingga potensi bisnis asuransi bisa langsung dirasakan di tahun pertama.

Hal serupa diungkapkan oleh Direktur Utama Reasuransi Maipark Indonesia Ahmad Fauzie Darwin yang menyebut, asuransi BMN bisa meningkatkan premi di industri asuransi umum. Maka, ia mengharapkan asuransi ini bisa terealisasi secepatnya.

Apalagi asuransi ini akan menggarap seluruh aset barang milik negara di tahun 2021, dan selanjutnya masuk ke aset pemerintah daerah. Namun, sayangnya, ia belum bisa memastikan berapa besar potensi bisnis asuransi ini, karena anggaran pemerintah terbatas.

“Kami menyesuaikan anggaran pemerintah, misalnya mereka mau mengasuransikan 100 tapi enggak mungkin semua, karena anggarannya terbatas. Kami bisa menghitung potensinya, jika sudah diberi tahu obyek asuransinya apa saja,” jelas Ahmad.

Dalam PMK No. 247/PMK.06/2016, menyebutkan bahwa objek asuransi barang milik negara meliputi gedung, bangunan, jembatan, serta barang milik negara yang ditetapkan pengelola barang. Kemudian alat angkutan, baik angkutan darat, apung maupun udara.

Sedangkan kriteria barang milik negara yang diasuransikan, yaitu berlokasi di daerah rawan bencana alam, kemudian sifat penggunaanya memungkinkan terjadi kerusakan dan hilang, serta mempunyai dampak terhadap pelayanan umum apabila rusak dan hilang. Terakhir, barang yang menunjang kelancaran tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintah.

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengatakan, asuransi BMN akan diluncurkan saat pertemuan IMF – World Bank di Bali pada 8 hingga 14 Oktober 2018. Menurutnya, kehadiran asuransi barang milik negara bisa melindungi obyek dan pendapatan asli daerah (PAD) dari ancaman bencana alam.

Sebab, PAD berasal dari pajak kendaraan bermotor dan pembangunan daerah I. Di sisi lain, ia menyanyangkan kenapa Indonesia masih tertinggal dari negara Jepang dan Kepulauan Karibia, yang lebih dahulu memproteksi barang milik negara melalui asuransi.

sumber: kontan 

Kamis, 04 Oktober 2018

Maipark Prediksi Klaim Bencana Sulteng Capai Rp170 Miliar


PT Reasuransi Maipark Indonesia memperkirakan klaim sementara akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala dapat mencapai Rp170 miliar. 

Direktur Utama Reasuransi Maipark Indonesia Ahmad Fauzie Darwis menuturkan hingga saat ini, perseroan telah menerima 45 laporan klaim akibat bencana tersebut. Salah satunya laporan klaim senilai Rp20 miliar yang diperkirakan berasal dari klaim kerusakan mal. 

Dia menjelaskan potensi klaim sebesar Rp170 miliar dihitung berdasarkan Maipark Catastrophe Model (MCM) atau estimasi kerugian karena risiko getaran gempa bumi dan gelombang tsunami. Seperti diketahui, bencana di Sulawesi Tengah (Sulteng) tidak hanya gempa tapi juga tsunami. 

Sementara itu, total klaim akibat gempa di Lombok beberapa waktu lalu diperkirakan mencapai Rp204 miliar dari 750 laporan klaim yang masuk.

"Risiko kerusakannya [di Sulteng] lebih besar karena dihantam tiga model itu. Sampai hari ini [kerugiannya] sekitar Rp170 miliar untuk Palu saja," sebut Ahmad Fauzie, Kamis (4/10/2018). 

Berdasarkan data Maipark, nilai harta benda yang diasuransikan di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi sebesar Rp2,29 triliun. Adapun jumlah risikonya sebanyak 753 unit bangunan atau kelompok bangunan per Agutus 2018. 

Dia melanjutkan sekitar 90% klaim terdapat di Palu. Sementara itu, 10% lainnya berada di Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, dan Mamuju Utara.

Jenis bangunan yang terdampak bencana didominasi bangunan komersial, diikuti bangunan industri dan residensial. 

"Jumlah risiko ini berpotensi bertambah karena laporan polis pada September 2018 belum masuk. Biasanya akan masuk pada Oktober," ungkap Ahmad Fauzie. 

Seperti diketahui, pada Jumat (28/9), terjadi gempa berkekuatan 7,4 SR yang berpusat di Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng). Gempa tersebut disusul oleh tsunami yang melanda kota Palu dan sekitarnya.

sumber: bisnis 

Rabu, 03 Oktober 2018

Kontribusi Pasar Otomotif Jatim Tumbuh Jadi 14%


Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan kontribusi pasar otomotif di Jawa Timur (Jatim) mengalami pertumbuhan, meski tipis, dari 13% menjadi 14%.

Sekretaris I Gaikindo Eddy Sumedi mengatakan pertumbuhan industri otomotif di Jatim cukup bagus dan kontribusinya meningkat. Hal ini yang menjadikan Gaikindo semangat untuk menggelar Gaikindo Indonesia Internatinal Auto Show (GIIAS) di Surabaya.

"Jatim cukup banyak membantu perkembangan industri otomotif nasional. Surabaya ini juga bagian dari GIIAS yang harapannya bisa mewakili wilayah timur Indonesia seperti Bali dan Lombok ," tuturnya saat konferensi pers, Jumat (14/9/2018).

Tahun ini, GIIAS Surabaya 2018 disebut berpotensi mendatangkan 50.000 pengunjung dan menjual 1.200 unit mobil.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menambahkan Surabaya merupakan salah satu daerah penting dalam pameran otomotif. Secara pasar di Asia, Indonesia sudah mendekati posisi kedua untuk industri otomotif setelah Thailand.

Di tengah tekanan ekonomi seperti saat ini, lanjutnya, industri otomotif masuk dalam sepuluh besar industri andalan Tanah Air. Otomotif masuk dalam posisi kedelapan, sedangkan kelapa sawit menempati peringkat pertama.

"Ini menandakan secara kebutuhan domestik kita sendiri tumbuh karena otomotif itu merupakan proses yang memberikan beragam lapangan kerja formal dan non formal," terang Kukuh.

Untuk itu, Gaikindo meyakini tahun depan industri otomotif masih akan terus tumbuh positif meski ada pesta politik yang biasanya cukup berpengaruh.

sumber: bisnis 

Senin, 01 Oktober 2018

Asuransi Kendaraan Bermotor Roda Dua Berpeluang Tumbuh Sepanjang 2018


Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) optimis bisnis asuransi kendaraan bermotor roda dua berpeluang untuk tumbuh di sepanjang 2018 ini. Hal ini dapat dilihat dari data yang dihimpun oleh Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) bahwa distribusi sepeda motor semester pertama 2018 tumbuh dua digit, tepatnya 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2017, dengan total penjualan sebanyak 3 juta unit.

Julian Noor, Chief Executive Officer Adira Insurance, mengatakan, “Selama perekonomian di Indonesia terus stabil, bahkan meningkat, kami optimis bisnis asuransi kendaraan bermotor terutama sepeda motor akan terus tumbuh. Hingga semester 1 2018, Motopro, asuransi kendaraan roda dua, berhasil tumbuh 4% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.”

Untuk asuransi kendaraaan roda dua, Motopro, akan mendapatkan jaminan perlindungan motor dari risiko pencurian, kebakaran maupun kecelakaan yang menyebabkan kerusakan lebih dari 75%. Tidak hanya itu saja, Motopro juga memberikan jaminan santunan kecelakaan bagi pengemudi yang menyebabkan kematian atau cacat tetap serta penggantian biaya pengobatan bagi pengemudi akibat kecelakaan.

Kelebihan dari Motopro, pelanggan dapat mendapatkan perluasan jaminan Tanggung Jawab Pihak Ketiga. Perluasan ini akan memberikan jaminan ganti rugi atas tuntutan pihak ketiga yang secara langsung disebabkan oleh kendaraan pelanggan. Adapun limit yang ditanggung sebesar Rp 10.000.000. “Kenyamanan bagi pelanggan adalah hal utama bagi kami. Dengan adanya jaminan perluasan ini, pelanggan tidak perlu merasa gelisah apabila ada korban akibat kecelakaan yang dialami pelanggan,” ungkap Julian.


Untuk menikmati perlindungan dari Motopro, dapat diperoleh secara online melalui www.asuransiadira.co.id. Tidak hanya itu, Adira Insurance juga bekerjasama dengan berbagai aggregator dan marketplace agar dapat menjangkau pelanggan lebih luas. Sedangkan bagi pelanggan yang ingin melakukan klaim dapat menghubungi contact center Adira Care 1500 456 atau datang ke cabang terdekat.

“Kami terus melakukan inovasi untuk terus berkembang dengan berbagai terobosan-terobosan. Serta memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Indonesia. Hal ini kami lakukan untuk menggaet pasar otomotif yang makin berkembang saat ini,” tutup Julian.

Dalam kesempatan ini Julian Noor mencatat bahwa terdapat empat hal yang perlu dilakukan tertanggung demi mengoptimalkan perlindungan pada kendaraan bermotor mereka.

Pertama, pahami persis jaminan yang dibutuhkan, jangan sampai masyarakat membeli jaminan yang justru tidak diperlukan.

Kedua, pahami apa saja yang menjadi jaminan dari polis yang dibeli dan apa saja yang dikecualikan dalam polis. Jangan sampai tertanggung mengetahuinya ketika sudah terjadi musibah. Tanyakan dengan rinci kepada perusahaan asuransi atau perantara ketika akan membeli produk.

Ketiga, calon tertanggung harus mencari informasi mengenai reputasi dan pelayanan dari perusahaan asuransi, serta memeriksa jaringan cabang dan bengkel dari perusahaan asuransi tersebut, terutama cara mereka menangani klaim.

Terakhir, calon tertanggung juga perlu melihat nilai lebih yang diberikan oleh perusahaan asuransi. Misalnya, melihat akses dan kemudahan yang diberikan untuk menghubungan perusahaan asuransi terkait ketika akan mengajukan klaim.

sumber: industry.co

Ini Syarat Pihak Asuransi Mau Tanggung Kerusakan Kendaraan Akibat Bencana Alam


Gempa dan tsunami hebat yang terjadi di Donggala, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) bukan hanya merusak bangunan tapi juga kendaraan.

Buktinya terdapat ribuan kendaraan berserakan di seluruh kota dengan kondisi rusak.

Bagi pemilik kendaraan yang memiliki polis asuransi kendaraan dengan perluasan perlindungan bencana alam, tentu tidak perlu khawatir dengan kondisi kendaraan saat ini.

Kerusakan kendaraan akan ditanggung pihak asuransi di tengah kondisi bencana.

Head of Communication and Event Asuransi Astra, Laurentius Iwan Pranoto mengungkapkan, langkah yang ditempuh pemegang polis di tengah bencana disarankan langsung menghubungi call center 24 jam untuk membuat laporan.

"Langkahnya pertama tentu setelah semua aman, melaporkan ke call center," ucap Iwan saat dihubungi Minggu (30/9/2018).

"Nanti akan dibantu. Ini kan bencana prosesnya pasti lebih mudah," tambahnya.

Melalui aplikasi tersebut proses pengajuan klaim dapat dipermudah atau datang ke cabang terdekat.

Setelah itu nanti akan ada lembar laporan yang perlu diisi, atau jika di aplikasi ada E-SPK untuk pengerjaan tugas.

Silahkan bawa juga dokumen pendukung seperti KTP, STNK, dan polis, kendaraan kemudian akan di jemput dan dibawa ke bengkel.

"Tapi ingat, polis asuransi harus sudah yang mencakup perlindungan dari bencana alam. Biasanya termasuk perluasan atau tambahan,"ungkap Iwan.

"Asuransi total lost only (TLO) atau komprehensif hanya mencakup kerusakan ringan dan kehilangan, belum melindungi bencana alam. Pastikan di asuransi kendaraannya sudah termasuk perlindungan dari bencana alam," ujarnya.

sumber:  kompas