Rabu, 09 September 2020

AAUI: Optimalisasi WFH dan Teknologi, Dua Kunci Masa Depan Asuransi Umum

 


Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Hastanto Sri Margi Widodo mengungkapkan ada dua kata kunci untuk membangkitkan lagi industri asuransi umum.


Hal ini dikatakannya dalam diskusi virtual bertajuk Industry Roundtable: Insurance Industry Perspective bersama Marketeers, Selasa (8/9/2020). Pertama, yaitu langkah menekan biaya operasional demi menjaga arus kas dan liabilitas perusahaan asuransi, kuncinya dengan optimalisasi work from home (WFH).


"Dengan right technology, proper remuneration scheme, dan real WFH yang benar-benar efektif, memang betul kami buktikan sendiri bahwa ini do perform better," ujar Widodo.


Widodo mengungkap bahwa AAUI pun terus mengedukasi anggotanya untuk menerapkan WFH secara efektif, bercermin dari bukti hasil studi kasus di perusahaannya, PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI).


"Di perusahaan kami, tentunya zero Covid-19, padahal kita ada 28 branch office dan 456 pegawai, yang tiap kantor isinya tinggal satu-duanya orang handling claim. Kemudian, kita punya savings yang sangat besar di utility bills and transport cost," jelasnya.


Selain itu, dari sisi kinerja karyawan, Widodo menjelaskan justru kecepatan pembuatan polis di ASBI meningkat 25,3%. Hal ini karena semua serba efektif dan tidak ada lagi karyawan yang bekerja secara overload.


"Uniknya dari angka ini, beberapa yang saya temukan, ternyata para ibu-ibu karena tidak harus dandan dan tidak harus ke kantor, kerjanya jadi cepat. Makanya, pada 18 Agustus 2020 kita memutuskan untuk menerapkan WFH forever," tambahnya.


Kata kunci kedua, yakni optimalisasi teknologi informasi. Widodo menjelaskan bahwa AAUI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun terus mendorong perkembangan HealthTech dan InsureTech di Indonesia.


AAUI dan OJK telah membicarakan terkait artificial intelligence untuk menangani konsumen, tentang data special terkait penanganan risiko yang ada, juga berdiskusi dengan USAID dan Worldbank yang tertarik memajukan unsur teknologi dalam konteks asuransi di Indonesia.


"Kementerian Kesehatan punya e-health policy framework dan AAUI akan bekerja untuk promoting bersama OJK regulatory sandbox dari sisi bisnisnya. Ini area yang akan go forward, karena orang masuk ke RS orang nggak mau, semua mengarah ke telemedicine," ujar Widodo.


Kendati belum ada contoh nyata di Indonesia terkait penggunaan AI untuk industri asuransi, Widodo menggambarkan bahwa platform seperti Sabrina milik PT Bank BRI bisa menjadi contoh ke depan buat industri asuransi.


Sementara untuk pengolahan data, AAUI mencontohkan sebuah program yang telah sukses di Sulawesi, yakni asuransi mikro untuk para petani coklat. Asuransi melindungi dari kekeringan, low temperature atau hujan berlebihan, dengan pemetaan risiko berbasis data iklim dari satelit NOAA yang telah mengcover seluruh wilayah Indonesia.


"AAUI sudah punya MoU dengan MAIPARK, dan IFC, juga MARS sebagai produsen coklat, untuk memberikan pinjaman kepada petani coklat di Sulawesi yang asuransinya akan di-cover oleh perusahaan asuransi Indonesia terhadap berbagai kemungkinan yang tadi sudah dikalkulasi," ujarnya.

sumber: bisnis 


0 komentar:

Posting Komentar