Rabu, 12 September 2018

Lini Usaha Asuransi Rekayasa Tertekan


Kinerja lini usaha asuransi rekayasa yang tertekan pada semester I/2018 diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir tahun ini. Hal ini menyusul rencana pemerintah menunda sementara sejumlah proyek infrastruktur yang masuk dalam proyek strategis nasional. 

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menuturkan, pertumbuhan lini usaha asuransi rekyasa tercatat tumbuh positif pada 2017 karena didukung maraknya proyek-proyek konstruksi. Pihaknya memperkirakan proyek-proyek tersebut berlanjut dan bertambah pada tahun ini. 

Namun, pemerintah memutuskan menunda dan membatalkan beberapa proyek seiring dengan kondisi ekonomi. Alhasil, asuransi rekayasa yang direncanakan juga batal. 

Hal ini menyebabkan premi bruto lini usaha asuransi rekayasa mengalami pertumbuhan negatif pada semester I/2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. AAUI mencatat, premi bruto asuransi rekayasa pada semester I/2018 tercatat sebesar Rp838,60 miliar atau menurun 15,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp991,54 miliar. 

Pertumbuhan negatif ini sejalan dengan keputusan pemerintah untuk memangkas 14 proyek infrastruktur pemerintah senilai Rp264 triliun pada semester I/2018. 

"Kami memprediksi kondisi pembatasan proyek-proyek konstruksi masih akan berlanjut sampai akhir tahun karena mengingat komponen belanja impor naik karena nilai tukar rupiah," katanya, Rabu (12/9/2018). 

Namun, AAUI optimistis kinerja lini usaha asuransi rekayasa yang diprediksi tertekan hingga akhir tahun tidak akan memengaruhi target pertumbuhan industri asuransi umum hingga akhir tahun. Hal ini karena pangsa pasar lini usaha asuransi rekayasa hanya sebesar 2,5% terhadap total industri asuransi umum pada semester I/2018. 

Pangsa pasar lini usaha asuransi rekayasa pada pertengahan tahun ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3,3%. 

"Kami memprediksi total pertumbuhan premi sampai akhir tahun 2018 minimal bisa tercapai 10%," imbuhnya. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan sejumlah proyek infrastruktur akan ditunda sebagai langkah untuk menekan laju impor yang diharapkan dapat membuat nilai tukar rupiah kembali stabil. 

sumber: bisnis 

0 komentar:

Posting Komentar