Selasa, 19 Maret 2019

Asuransi Umum Belum Lirik Instrumen Investasi Baru


Sejumlah instrumen investasi baru yang ditawarkan dalam beberapa regulasi OJK dinilai belum menjadi pilihan utama asuransi kerugian.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan sejumlah instrumen dengan karakteristik liabilitas jangka pendek, seperti deposito dan surat berharga negara (SBN) masih menjadi pilihan utama.

"Kembali ke karakteristik investasi asuransi umum, yang diinginkan adalah liquid dan aman. Oleh Karena itu, masih lebih dominan deposito dan SBN," ujarnya dikutip Bisnis.com, Selasa (13/3/2019).

Dody menilai sebenarnya opsi baru tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan sepanjang aman dan bertenor jangka pendek. Salah satu opsi menarik, jelas dia, adalah MTN sebab menjanjikan return yang baik.

Kendati begitu, minat pelaku usaha pada MTN dinilai akan sangat tergantung pada profil penerbitnya.

"Yang lainnya sepanjang aman dan jangka pendek pasti akan dipertimbangkan."

Sementara itu, pelaku asuransi kerugian mengaku belum berniat untuk memanfaatkan sejumlah instrumen investasi baru lantaran sudah mampu mengoptimalkan pengelolaan dana pada sejumlah opsi konvensional.

Nicolaus Prawiro, Vice President PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia, mengatakan pihaknya masih dominan memanfaatkan instrumen konvensional, seperti deposito, surat berharga negara atau SBN, dan reksa dana.

Sejumlah kecil dana kelolaan, kata dia, juga ditempatkan pihaknya pada obligasi korporasi dan saham.

Menurutnya, jumlah dana kelolaan yang dinilai relatif belum begitu besar menjadi faktor utama pihaknya menjatuhkan pilihan pada sejumlah instrumen tersebut. Nicolaus meyakini komposisi investasi yang dipilih pihaknya saat ini sudah terbilang aman dan prudent.

“Kami optimalkan dana investasi kami yang tidak begitu besar ini di produk konvensional,” ujarnya.

Dia mengatakan hingga saat ini pihaknya belum memanfaatkan instrumen-instrumen baru tersebut. Namun, dia menilai instrumen baru seperti MTN, memang bisa menjadi salah satu opsi asuransi umum.

Kendati begitu, jelasnya, pihaknya harus mengetahui dengan rinci pihak yang menerbitkan MTN. Langkah itu, sebut Nicolaus, penting untuk menghindari kerugian akibat gagal bayar.

“Buat saya, yang paling penting adalah prinsip prudent. Paling tidak kami tahu siapa penerbit MTN,” sebut dia.

Terpisah, Presiden Direktur PT Asuransi Wahana Tata Christian Wanandi juga mengaku pihaknya belum memanfaatkan instrumen baru tersebut. Menurutnya, sejumlah opsi baru itu belum sesuai dengan kharakteristik liabilitas asuransi umum.

“Liability kami kan jangka pendek. Jadi, kami mencari instrumen yang jangka pendek juga,” sebut dia.

Adapun, para pelaku asuransi jiwa lebih memilih sejumlah instrumen investasi konvensional sebagai pilihan utama, ketimbang sejumlah opsi baru yang dimungkinkan regulasi anyar.

sumber:  bisnis

0 komentar:

Posting Komentar